Rencana Dialog Papua Jakarta Harus Sinergi dengan Pembenahan Politik Lokal Papua Kami menyambut baik rencana dialog Jakarta Papua yang saat ini sedang diupayakan oleh Pemerintah. Dialog damai adalah satu-satunya jalan keluar yang paling bermartabat untuk menyelesaikan seluruh persoalan politik dan kemanusiaan di Papua yang telah berlangsung selama ini. Dialog Jakarta Papua juga dapat menjadi indikator keseriusan pemerintah dalam menjaga dan memenuhi hak-hak dasar rakyat Papua. Meski demikian kami meminta agar seluruh proses dialog ini melibatkan partisipasi dan mempertimbangkan aspirasi rakyat Papua. Menuju proses dialog ini, kami meminta pemerintah untuk konsisten menjaga dan memenuhi hak asasi rakyat Papua dengan memastikan tidak berulangnya pelanggaran HAM kepada rakyat Papua. Pemerintah harus meninjau kembali keberadaan aparat TNI dan operasi-operasi keamanan yang saat ini masih berlangsung secara tertutup. Di sisi lain, kami juga meminta pembenahan situasi politik lokal di Papua sebagai upaya yang sinergi dan beriringan dengan rencana dialog Papua-Jakarta yang akan dijalankan oleh Pemerintah. Membangun kepercayaan rakyat Papua terhadap kesungguhan pemerintah menjadi syarat mutlak sebelum diselenggarakannya dialog Jakarta-Papua. Menyikapi situasi politik lokal yang saat ini berkembang, kami meminta Pemerintah untuk tidak memaksakan diri dengan melakukan pemilihan anggota Majelis Rakyat Papua di Papua, yang sedianya akan dilakukan pada 28 Februari mendatang. MRP adalah lembaga yang didirikan sebagai mandat dari UU No 21/2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) di Papua. Dalam berbagai forum secara resmi, sebagian besar rakyat Papua telah menyatakan bahwa Otonomi Khusus telah gagal karena tidak memberikan memberikan pemihakan, perlindungan, pemberdayaan dan pemenuhan hak-hak dasar orang asli Papua. Oleh karenanya, masyarakat mengembalikan Otsus kepada pemerintah di Jakarta. Namun Pemerintah tetap melaksanakan proses pemilihan MRP periode kedua di 15 wilayah Papua, berdasarkan Perdasus No. 4 tahun 2010. Anggota MRP periode kedua yang akan dilantik berjumlah 75 orang, 42 orang wakil propinsi Papua dan 33 orang wakil propinsi Papua Barat. Pemilihan MPR dinilai dipaksakan oleh banyak pihak. DPRP meminta pemilihan MRP ditunda.Sementara tiga pimpinan Gereja Protestan (GKI, KINGMI, Gereja Baptis Papua) meminta proses MRP dihentikan dan dilaksanakan dialog antara pemerintah Jakarta dengan perwakilan masyarakat Papua, dengan dimediasi oleh pihak ketiga yang netral. Proses pemilihan anggota MRP ini juga tidak transparan, tidak memenuhi tahapan pemilihan yang dimandatkan Perdasus serta marak kecurangan dalam penghitungan suara. Kami mengkhawatirkan, memaksakan pelantikan anggota MRP hanya akan menguatkan kekecewaan rakyat Papua terhadap pemerintahan yang tidak aspiratif dan menghargai lokalitas papua. Oleh karenanya penting untuk memastikan bahwa seluruh inisiatif di Jakarta melibatkan partisipasi dari rakyat Papua dan mempertimbangkan aspirasi mereka. Pembentukan badan khusus dalam penanganan masalah di Papua sangat penting dan menjadi searah dengan tujuan dilaksanakannya dialog. Hal ini menjadi syarat utama agar inisiatif pemerintah dapat dipandang positif dan terhindar dari kecurigaan-kecurigaan sehingga proses dialog yang menjadi harapan rakyat Papua dapat segera terwujud. Kami juga mendorong pemerintah untuk melakukan evaluasi yang lebih komprehensif mengenai pelaksanaan pembangunan di Papua selama ini. Jakarta, 25 Februari 2011 Aliansi Untuk Papua KontraS, ANBTI, IKOHI, Imparsial, Foker LSM Papua, Setara Institute, HRWG, Komnas Perempuan, FNMPP, IPPMAUS, Forum Papua Kalimantan, PGI, Walhi, JIRA, LBH Pers (Aliansi untuk Papua di Jakarta merupakan aliansi yang dibangun karena rasa solidaritas atas nama kemanusiaan yang mendukung manusia lain dalam memperjuangankan keadilan dan kebenaran)
all of us do not have equal talent, but all of us should have equal opportunity to develop our talents (John F. Kennedy speech 1963)
Kamis, 03 Maret 2011
Aliansi Untuk Papua di Jakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar