Minggu, 10 April 2011

Hentikan Pelantikan MRP Jilid II

Written by Bel/Ant/Papos   
Monday, 11 April 2011 00:00
JAYAPURA [PAPOS]- Tokoh pemerhati masalah Papua yang juga ketua Sekolah Tinggi Theologi Fajar Timur, Pater Neles Tebay meminta pemerintah agar menunda sementara waktu pelantikan anggota Majelis Rakyat Papua kilid II, untuk menghormati almarhum Agus Alue Alua.
"Kita tahu kalau ketua MRP jilid I, Agus Alue Alua baru saja meninggal dan dimakamkan, Sabtu [9/4] kemarin. Saya pikir sangat bijak jika pemerintah pusat dan daerah sepakat untuk menunda dulu waktu pelantikan MRP baru, sebagai bentuk penghargaan dan dukanya kepada almarhum," katanya Minggu [10/4].
Menurut penulis buku 'Dialog Jakarta-Papua' ini, pemerintah pusat dan daerah sudah menunjukan penghormatan dan rasa belasungkawanya kepada almarhum agus Alua, terbukti dengan kiriman karangan bunga tanda duka.
Akan tetapi lanjutnya, apabila pemerintah sungguh menghargai almarhum Agus Alua, terutama atas seluruh jasanya pada negara dan provinsi Papua, maka sudah sepantasnya diambil kebijakan untuk penundaan pelantikan MRP hingga semua urusan dan waktu duka itu selesai.
"Dengan kebijakan penundaan pelantikan itu, minimal rakyat akan menilai, inilah sikap pemerintah yang menyatakan turut berbela sungkawa dan juga menghormati jasa almarhum pada negeri ini, baik secara pribadi maupun sebagai ketua MRP. Demikian sebaliknya," papar Pater Neles Tebay.
Ia menambahkan, saat ini rakyat Papua mau lihat sikap pemerintah apa mau hormati almarhum Agus Alua sebagai ketua MRP atau tidak."Kalau pusat tunda pelantikan, tentu rakyat juga akan mengerti itu," tegasnya.
Dimakamkan
Jenazah mantan Ketua Majelis Rakyat Papua Agus Alue Alua dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Hitam, Abepura, Jayapura, Sabtu.
Ratusan warga mengikuti prosesi pemakaman itu termasuk sejumlah anggota legislatif, Ketua Dewan Adat Papua Forkorus Yoboisembut, dan para tokoh Papua lainnya.
Pastor Motte mengatakan, sosok Agus Alua adalah pria tegas dan jujur yang selalu mengatakan semua hal yang benar tanpa rasa takut. "Beliau juga adalah teman berdiskusi yang baik, dan banyak berjasa memperjuangkan hak dasar orang asli Papua," ujarnya saat memberi ceramah pada prosesi pemakaman.
Suasana haru terlihat ketika janda Agus, Caroline Pekey dan tiga anaknya Liberta, Liberti, dan Hilario diberikan kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir dan tabur bunga.
"Saya tidak sanggup melakukan ini tetapi biarlah anggrek hitam ini kuberikan, anggrek Papua yang akan selalu hidup di hatiku," kata Caroline yang tampak berderai air mata.
Sebelum dimakamkan, jenazah Agus Alue Alua diarak berjalan kaki oleh ratusan warga dari rumah duka hingga tempat pemakaman yang berjarak kurang lebih sepuluh kilometer dari rumah duka.
Ratusan warga itu berjalan di depan dan belakang mobil ambulance yang membawa jenazah.Tampak pula aparat kepolisian ikut mengawal iring-iringan pengantar jenazah guna menjaga ketertiban. Banyaknya warga yang mengantar jenazah ke pemakanman mengakiatkan jalan raya yang dilaluinya macet total.
Belum Terima
Thaha Al Hamid, juru bicara keluarga almarhum ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) jilid I, Agus Alua, mengaku, keluarga sampai kini belum menerima keterangan resmi dari pihak rumah sakit tentang penyebab kematian almarhum.
"Yang ada hanya surat keterangan dokter Dian Harapan yang memeriksa almarhum pada Kamis sekitar pukul 14.45 WIT, tapi dalam catatan dikatakan kalau yang bersangkutan sudah meninggal sebelumnya, tanpa menjelaskan penyebabnya," katanya kepada di sela-sela misa Arwah, Sabtu.
Menurut dia, pihak Rumah Sakit Dian Harapan seharusnya menerangkan penyebab kematian almarhum Agus Alua, agar tidak menjadi pertanyaan keluarga dan masyarakat Papua.
"Dari pernyataan wakil gubernur yang memang sungguh tahu sangat perhatian pada kesehatan almarhum, diketahui bahwa dua tahun yang lalu, almarhum pernah kena stroke dan serangan jantung dan sempat berobat ke Singapura," katanya.
Tetapi, apakah hal itu yang menjadi sebab kematian almarhum, pihaknya sungguh belum tahu, karena pihaknya hanya mengetahui bahwa saat hari meninggalnya, almarhum ditemukan istrinya dalam kamar sudah tersungkur dan langsung dibawa ke RS.
"Kita masih tunggu keterangan dokter. Wagub juga mengatakan jangan ada spekulasi tentang kematian almarhum. Tapi kami justru berpendapat agar dokter bisa menjelaskan secara jelas tentang penyebab kematian, sehingga tidak muncul spekulasi terkait kedukaan ini," pintanya.
Saat ini jenazah Agus Alua sedang berada di Gereja Katolik Kristus Terang Dunia Waena, untuk dilakukan misa Requim (arwah). Misa arwah itu dipimpin langsung pastor paroki setempat, Andreas Trismadi.
Setelah misa arwah itu usai, jenazah almarhum Agus Alue Alua dibawa untuk dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Kristen, Abepura.
Bangsa Papua Berduka
Sementara Ketua Umum Front PEPERA PB, Selpius Bobii dalam siaran pers yang diterima Papua Pos, kemarin mengatakan Almarhum Drs. Agus A. Alua, M.Th pergi setelah bergumul dengan berbagai polemik MRP jilid 2 yang dipaksakan oleh Jakarta, bahkan begitu ramai beredar kabar dan tekanan-tekanan dari barisan merah putih dan aparat keamanan yang memaksa untuk mencoret anggota-anggota lama yang dinilai bersuara keras membela hak-hak dasar Orang Asli Papua, menentang Otsus hingga pelaksanaan Mubes MRP Juni tahun lalu.
Jadi kemungkinan kata Selpius beliau tertekan karena dicoret dari anggota MRP yang baru oleh Menkopolhukam dan Mendagri, dinilai separatis karena memfasilitasi Mubes Juni dengan hasil 11 rekomendasi.
Selain almarhum dicoret, Ibu Hana Hikoyabi juga ikut dicoret. Keputusan ini sudah lama dibuat tetapi baru diterima jam 1 siang tanggal 7 April 2011, sementara 73 anggota lain oleh Kesbang mulai pagi [tanggal 7 April 2011] dikarantina di Hotel Matoa Jayapura menunggu pelantikan yang direncanakan dipaksakan pada Selasa, [12/4].
Bangsa Papua berada dalam duka atas meninggalnya mantan ketua MRP (Drs. Agus A. Alua, M.Th) yang juga selaku wakil sekjen PDP dan juga mantan ketua STFT Fajar Timur, sementara NKRI melalui kesbangpol mengkarantina 73 anggota MRP jilid II di Hotel Matoa Jayapura untuk dilantik. Sungguh suatu pelecehan dan bentuk penghinaan jika para anggota MRP jilid II ini dilantik pada tanggal 12 April 2011.[bela/ant] 
http://papuapos.com/index.php?option=com_content&view=article&id=5515:hentikan-pelantikan-mrp-jilid-ii-&catid=1:berita-utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar