Terkait Meninggalnya Agus Alua, Pelantikan MRP Diminta Ditunda
Jayapura – Meninggalnya Ketua MRP Periode 2005-2010 Pdt Agus A Alua,S,Th, diklaim oleh Ketua Umum Eksekutif Nasional Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat (Eknas Front Pepera PB), Selpius Bobii akibat dari kebijakan Pemerintah Pusat yang mencoret namanya dari daftar keanggotaannya di MRP jilid II. Hal itu diungkapkan saat menggelar jumpa pers di Honay Asrama Tunas Harapan Padang Bulan Minggu (10/4). Hal itu, menurut Selpius Bobii yang selalu vocal dalam menyuarakan penolakan Otsus tersebut menilik dari informasi yang berkembang sejak pertama terpilihnya Agus Alua sebagai anggota MRP jilid I. “Sejak awal beliau (Alm. Agus Alua) telah ada upaya dari Pemerintah Pusat untuk tidak duduk sebagai Ketua MRP. Namun karena Tuhan menghendaki sehingga ia berhasil terpilih sebagai ketua,” ungkapnya. Dan sekitar 1 jam sebelum ditemukan tersungkur di lantai oleh keluarganya, menurutnya bahwa Almarhum Agus Alua mendapat berita bahwa namanya dicoret dari keanggotaan di MRP jilid II. “Sehingga beliau tertekan secara psikologis. Dan itu bagian dari rencana tingkat tinggi Pemerintah Pusat untuk menghabisi tokoh-tokoh yang selama ini bersuara keras membela hak orang asli Papua,” lanjutnya.Sehingga, Eknas Front Pepera menuntut kepada Pemerintah Pusat untuk bertanggungjawab atas kematiannya. “Tanggung jawabnya adalah dengan menghentikan proses pelantikan anggota MRP jilid II, kedua, mencabut UU Otsus dan ketiga segera menggelar dialog yang difasilitasi PBB atau Negara netral atas persetujuan PBB,” tegasnya.
Seperti diketahui Menyikapi kematian Mantan Ketua MRP periode 2005-2010 Drs Agus Alue Alua MTh dan rencana pelantikan MRP Jilid II, maka Eksekutif Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat menyatakan dan menyerukan dengan tegas bahwa negara Indonesia segera bertanggung jawab atas kematian salah satu pejuang Papua ini. Karena itu, pemerintan Indonesia segera menghentikan pelantikan MRP Jilid II Boneka buatan Jakarta yang direncanakan berlangsung pada Selasa (12/4).
Demikian dijelaskan Ketua Umum Front PEPERA PB Selpius Bobii melalui Press Release yang diterima Bintang Papua pada Minggu (10/4).
Selanjutnya ia menghimbau kepada 73 Orang Papua yang siap dilantik, khususnya 40 anggota MRP asal Pengunungan Tengah Papua segera keluar dari keanggotaan MRP Jilid II mengingat seniornya Almarhum Agus Alue Alua telah dibunuh oleh negara Indonesia melalui skenario tingkat tinggi yang sangat rapi.
Untuk memuluskan pelantikan MRP jilid II yang selama ini tarik ulur oleh pemerintah pusat baik Mendagri maupun Menkopolhukham terkait dengan adanya beberapa anggota lama terpilih kembali di MRP Jilid II diantaranya Almarhum Drs Agus Alue Alua MTh dan Ny Dra Hanna Hikoyabi, maka pemerintah Indonesia memainkan suatu skenario tingkat tinggi untuk menghabiskan para tokoh Papua yg terpilih kembali seperti kematian Almarhum Drs Agus Alue Alua MTh.
Dia mengatakan, Almarhum Agus Alue Alua pergi setelah bergumul dengan berbagai polemik MRP Jilid 2 yang dipaksakan Jakarta bahkan begitu ramai beredar kabar dan tekanan-tekanan dari Barisan Merah Putih (BMP) dan aparat keamanan yang memaksa untuk mencoret anggota-anggota lama yang dinilai bersuara keras membela hak-hak dasar Orang Asli Papua, menentang Otsus hingga pelaksanaan Musyawarah Besar (Mubes) MRP Juni tahun lalu.
“Kemungkinan beliau tertekan karena dicoret dari anggota MRP yang baru oleh Menkopolhukam dan Mendagri, dinilai separatis karena memfasilitasi Mubes Juni dengan hasil 11 rekomendasi. Selain Almarhum, yang dicoret juga adalah Ny Dra Hana Hikoyabi,” kata dia.
Dia menegaskan, keputusan ini sudah lama dibuat tapi baru diterima jam 1 siang tanggal 7 April 2011, sementara 73 anggota lain oleh Kesbang mulai pagi (tanggal 7 April 2011) dikarantina di Hotel Matoa Jayapura menunggu pelantikan yang direncanakan dipaksakan pada Selasa, 12 April nanti,” demikian komentar Ny Rika Korai lewat Mailing List.
Sebelum Drs Agus Alue Alua MTh meninggal dunia, sepanjang pagi tanggal 7 April 2011, seantero Jayapura hingga Bandara Sentani dilakukan razia oleh militer dan polisi, penjagaan di Bandara Sentani ketat, dengan senjata lengkap. Ini suatu tindakan pengkondisian untuk mencabut nyawa tokoh Papua yang menurut negara Indonesia merong-rong keutuhan NKRI. (mdc/aj/don)
http://bintangpapua.com/index.php?option=com_content&view=article&id=10083:diklaim-meninggal-karena-namanya-dicoret-dari-mrp&catid=25:headline&Itemid=96
Tidak ada komentar:
Posting Komentar