"Harus memahami tatanan budaya leluhur yang diwariskan secara turun temurun
& perubahan-perubahan yang sedang terjadi di wilayah itu"
OLEH: PARES L.WENDA& perubahan-perubahan yang sedang terjadi di wilayah itu"
PARES L.WENDA |
Kabupaten Lanny Jaya Ibu Kota Tiom adalah sebuah kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia. Kabupaten ini dibentuk pada tanggal 4 Januari 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008, bersama-sama dengan pembentukan 5 kabupaten lainnya di Papua. Peresmiannya dilakukan oleh Mendagri Mardiyanto pada tanggal 21 Juni 2008. Dan tanggal 4 Januari sebagai hari jadi Kabupaten Lanny Jaya.
Kabupaten Lanny Jaya berbatasan dengan Kabupaten Puncak dan Puncak Jaya di bagian barat. Kabupatem Jayawijaya bagian Timur. Kabupaten Nduga di bagian selatan. Kabupaten Tolikara di bagian utara dengan luas wilayah 10.448 km2. Pembagian administrative terdiri dari 10 Distrik, 142 Kampung, dan 1 Kelurahan.
Jumlah penduduk Kabupaten Lanny Jaya 316.217 jiwa dengan kepadatan penduduk 25,48km2.. Jumlah pemilih Kabupaten Lanny Jaya 105.378 Jiwa. Jumlah TPS 231.
Kalau tidak ada halangan, masyarakat di Lanny Jaya akan melaksanakan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah pada tanggal 24 Juni 2011 mendatang. Tulisan ini dimaksudkan sebagai refleksi terhadap wilayah ini di mana ia akan memasuki perubahan demi perubahan sejak daerah ini terbuka bagi dunia luar.
1. Lanny Jaya Di Masa Lalu
Lanny Jaya itu nama yang diberikan Pemerintah Indonesia, atas usul para pejuang pemekaran Kabupaten Lanny Jaya dari Kabupaten Induk yaitu Kabupaten Jayawijaya, bersamaan dengan tiga kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Mamberamo Tengah yang berbatasan dengan kabupaten Tolikara bagian barat, Jayawijaya bagian selatan, Yalimo bagian Timur dan Mamberamo Raya bagian utara. Kabupaten Yalimo, berbatasan dengan Kabupaten Yahukimo bagian Timur, Mamberamo Tengah bagian barat, Jayawijaya bagian selatan dan Jayapura bagian utara. Kabupaten Nduga berbatasan dengan Jayawijaya dan Lanny Jaya bagian utara, Asmat bagian selatan, Timika Bagian Barat dan Boven Digul Bagian Timur. Tiga Kabupaten ini dibentuk bersamaan oleh Mendagri Mardianto pada tanggal 4 Januari 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2000 bersama-sama dengan pembentukan 5 Kabupaten Lainnya di Provinsi Papua. Itulah sedikit latar belakang lahirnya sebuah nama Lanny Jaya. Kita tinggalkan nama Lanny kemudian masuk pada kehidupan masa lalu di wilayah ini.
Sebelum Misionaris masuk, kemudian disusul pemerintah Belanda dan kini Pemerintah Indonesia. Daerah ini didiami oleh orang Lani. Wilayahnya meliputi Beam dan sekitarnya, Yugwa, Dimba dan sekitarnya, Danime dan sekitarnya, Magi dan sekitarnya, Pirime dan sekitarnya, Balingga dan sekitarnya, Wirigambut dan sekitarnya, Yiginuwa dan sekitarnya, Malagaineri dan sekitarnya, Tiomeneri dan sekitarnya, Kwiyawagi dan sekitarnya. Orang Lani di daerah ini hidup dalam konfederasi-konfederasi umunya konfederasi itu antara lain Wenda-Kogoya, Wenda-Tabuni, Yoman Wenda, Yigibalom-Kogoya, Yigibalom-Wanimbo, Wanimbo-Wakerkwa, Wenda-Wanimbo, Wenda-Gire, Peggu-Gire, Yanengga-Kogoya, Wenda-Telenggen, Enembe-Tellengen, Weya-Kiwo, Wandik-Wenda, dll.
Dalam konfederasi itu, mereka hidup rukun dan damai, kalaupun mereka berperang, mereka berperang oleh karena ada sebab dan akibat. Ketika korban berjatuhan, pihak kala akan menyerah dan bersepakat untuk membuat perdamaian adat. Perdamaian dibuat dengan keputusan yang bijak dan diterima semua pihak, tanpa ada yang merasa dirugihkan.
Mereka mempunyai penyebaran suku dan keluarga yang diketahui secara jelas, garis keturunan jelas, pertanian dan perkebunan yang jelas, hutan yang jelas, tanah yang diwariskan secara turun temurun secara jelas, peternakan binatang peliharaan yang jelas. Mereka mempunyai perkebunan yang jelas, dibuat dalam pagar dan berbendeng-bendeng yang direkonstruksi selama 5000 tahun yang lalu, mereka mempunyai perkampungan yang ditata dengan rapih, Mereka menunggu janji nenek moyang tentang nabelan-kabelan yang jelas, semua yang akan terjadi di masa depan telah dinubuatkan di masa lalu dengan jelas. Semua pemerintahan sekarang maupun yang akan datang telah dinubuatkan secara jelas. Dalam kehidupan orang Lani tidak ada yang tidak jelas, semua jelas adanya.
Dalam kondisi dan keadaan mereka seperti itulah misionaris ABMS yaitu Norm Draper dan Victor White bersama pilot Dave Steiger ke Wilayah Balim Utara. Pengalaman pertama mereka melihat wilayah ini melalui keterangan dari Road Bensley dan dalam Film Norm dan Seila Draper yang ditulis Kiloner Wenda dan Pares L.Wenda, dkk (2009) melaporkan: pesawat MAF yang dipiloti Dave setelah memasuki lembah baliem atau lebih dikenal dengan lebah sangrila, pesawat dibelokkan ke kanan menuju arah utara mengikuti aliran Kali Baliem, mereka memasuki celah kecil bagaikan pintu masuk ke bagian utara yang lebih dalam. Di daerah ini mereka melihat pemukiman penduduk yang ditata rapih, pertanian dilereng-lereng gunung serta ditepian sungai yang ditata rapih. Penglihatan ini adalah suatu hal yang sangat menakjubkan mereka, sebab teknologi kearifan local begitu maju sangat luar biasa. Ada kejadian lain yang mereka saksikan adalah di daerah yiginua dimana ketika itu terjadi perang saudara antara panglima perang Tawaranua Wanimbo dan panglima perang Mbalim’mendek Yigibalom, ketika mereka melihat keadaan seperti itu, mereka melakukan penerbangan yang sangat rendah dan membubarkan mereka.
Itulah perjalanan awal Misi ABMS ke wilayah ini. Kemudian pada tanggal 28 Oktober 1956, ABMS dibawah pimpinan Norm Draper menginjakkan kaki di Tiom yang diterima dengan sangat baik oleh tua-tua di wilayah ini dibawah kekuasaan wilayah Pigirik Yoman. Kiloner Wenda, Pares L.Wenda,dkk (2009) melaporkan kehadiran misionaris:”..bertujuan mengakhiri masa kegelapan sekaligus menjawab masa penantian nubuatan dan mimpi-mimpi nenek moyang orang Lani di masa Lampau. Roda kehidupan baru telah dimulai dengan melakukan kontak dengan bangsa asing. Perubahan pola hidup yang lama segera digantikan dengan pola hidup yang baru, yang akan diletakkan oleh Misionaris”. Pada tahun 2006 yang lalu genap 50 tahun Yubelum Gereja Baptis di tanah Papua. Ibadah Yubelium ini dirayakan dengan penuh sukacita ditempat kelahiran Gereja Baptis Papua di Tiom (Yiginuwa).
Ketika Misionaris sudah mulai pelayanan dan membuka pos-pos baru di wilayah ini, pemerintah Belanda menyusul masuk, kemudian pemerintah Indonesia sejak 1962 hingga sekarang.
2. Lanny Jaya di Masa Kini
Sejak daerah ini menjadi Kabupaten dan ditetapkan pada tanggal 4 Januari 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2000. Kehadiran misionaris menggenapi nubuatan nenek moyang orang Lani di wilayah ini. Kemudian Pemerintah Belanda masuk dan Pemerintah Indonesia. Setelah Kabupaten Jayawijaya terbentuk 1969. Wilayah ini menjadi Kecamatan. Kecamatan pertama adalah Tiom dan Makki. Kemudian terjadi pemekaran Distrik pada tahun 2000-an ini antara lain Ditrik Pirime, Dimba dan Gamelia, disusul yang terakhir Distrik Kwiyawagi, Balingga, Tiomeneri, Malagaineri, dan Yugwa. Kedepan sesuai pertumbuhan penduduk dan perkembangan yang terjadi kemungkinan akan dilakukan pemekaran-pemekaran baru distrik maupun kelurahan desa akan dilakukan tentu sesuai kebutuhan dan sesuai aturan pemerintahan yang berlaku di dalan NRI.
Dengan terjadinya Kabupaten maka secara perlahan tetapi pasti akan terjadi perubahan-perubahan siknifikan pada bagian-bagian yang selama ini menjadi hak kesulungan orang Lani di wilayah ini. Perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan kehidupan sosial, politik, infrastruktur, pelanggaran HAM, lingkungan hidup, organisasi gereja,LSM-LSM, dsb.
Perubahan sosial misalnya, Lanny Jaya masa kini tidak tertutup lagi pintu bagi orang lain masuk ke wilayah ini, pintu telah terbuka dan mereka akan masuk dan tinggal, hidup bersama, membangun bersama di daerah Lanny Jaya.
Perubahan politik misalnya, dalam keluarga selama ini kompak tidak ada pengaruh politik, tetapi dengan kehadiran kabupaten masing-masing individu akan menentukan pilihan mereka, dalam hal demokrasi itu hal yang wajar, tetapi tahun-tahun awal ini akan menimbulkan kondisi ketidaknyamanan hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain dalam keluarga, karena si A memilih partai B dan si B memilih paratai A, atau C atau D atau dalam pemilukada dan pemilihan legislative si A memilih calon B dan si B memilih calon A. Semua itu akan mengganggu keharmonisan hubungan keluarga, kelompok dan masyarakat secara luas, apabila kondisi ini tidak dipahami oleh masyarakat bahwa dalam alam demokrasi, keadaan seperti itu merupakan keadaan yang biasa. Dan apabila para intelektual wilayah ini tidak membangun pemahaman demokrasi dengan baik kepada masyarakat, maka kondisi yang digambarkan di atas berpeluang terjadi atau mempunyai efek konflik berkepanjangan.
Infrastruktur, misalnya akan membuka jalan-jalan protokol, jalan-jalan utama, yang akan menghubungan kampung yang satu dengan kampung yang lain, distrik yang satu dengan distrik yang lain, kabupaten yang satu dengan kabupaten yang lain. Pembangkoran tanah untuk kepentingan jalan raya akan berefek pada pembokaran hutan dan kebun rakyat akan berdampak pada kerusakan lingkungan, kerusakan mata pencaharian masyarakat, yang kemungkinan berefek kepada tuntutan hak ulayat yang bisa menimbulkan konflik dan pelanggaran HAM.
Lingkungan hidup, kondisi alam yang alami atau masih perawan ini, dengan kehadiran Kabupaten akan berdampak pada sampah keluarga, sampah masyarakat, pasar, pertokaan, bangunan, idustri rumah tangga (home indutri), efek pariwisata, peningkatan penyakit masyarakat, penularan HIV/AIDS, dsb. Semua itu menibulkan efek lingkungan yang mebahayakan kelangsungan hidup manusia, kalau pemerintah tidak mempunyai kesadaran awal dalam pembangunan mengutamakan dan memperhatikan sejak dini efek-efek lingkungan hidup.
Gereja dan LSM, selama ini kontrol yang paling kuat di daerah ini adalah Gereja Baptis Papua. Dewan Adat Papua, LMA dan LSM-LSM yang ada di wilayah ini semuanya berada di bawah kontrol Gereja dan Pemerintahan Distrik. Namun kedepan gereja mungkin berkembang lebih dari satu gereja, bahkan agama lain berpotensi untuk masuk ke wilayah ini. Demikian pula Dewan Adat, LMA dan LSM-LSM, akan meningkat dalam tahun-tahun mendatang. Khususnya DAP atau LMA mungkin ke depan akan ada dewan adat lain dengan nama paguyuban keluarga Toraja, Batak, Jawa, Sulawesi, Bali, Timur, dsb.
Sejarah dalam perubahan wilayah ini, ataupun perubahan wilayah lain di dunia telah membuktikan hal itu. Dulu wilayah ini hanya mendiami orang Lani, kemudian masuklah Misionaris ABMS, kemudian Pemerintah Belanda dan sekarang Pemerintah Indonesia, kalau diamati perubahan social itu terus terjadi di wilayah ini dengan perkembangan masyarakat Lanny Jaya itu sendiri, dan masuknya pengaruh-pengaruh luar baik yang membangun maupun yang sifatnya merusak.
Sejak 2008 yang lalu kita sudah masuk pada perubahan daerah ini dengan nama Kabupaten, system pemerintahan berubah dari distrik-distrik dan kampung-kampung yang ada bersatu meningkatkan status daerah ini menjadi kabupaten. Artinya kehadiran kabupaten berarti ada kepercayaan dari pemerintah bahwa wilayah ini secara otonom sudah mampu mengelola pemerintahan kabupaten dengan semua kemampuan yang dimilikinya. Kehadiran kabupaten sekaligus membawah harapan baru, peluang baru, kesempatan baru untuk membangun dan melaukan perubahan daerah ini tetapi juga ia merupakan tantangan baru, ancaman baru, bagi kelangsungan hidup masyarakat di wilayah ini. Apakah mereka akan tersingkir oleh arus pembanguan dan arus migrasi penduduk atau sebaliknya penduduk asli wilayah ini menjadi subyek pembangunan dan mengontrol secara baik arus pembangunan dan perubahan-demi perubahan yang terjadi, semua berpulang kepada pemimpin pemerintah, gereja, dewan adat, LMA, LSM yang bersama-sama bergandengan tangan (nenggi-kenggi) membangun wilayah ini.
Sejak 2008 hingga dewasa ini pemerintah, gereja, masyarakat adat di wilayah ini menentukan langka politik bersama dalam mencapai masa depan yang lebih baik dari hari kemarin (nit yogondak pembi abelom arugun). Kalau itu mimpi kita bersama maka Jhon Naisbit (2008) mengatakan kebanyakan perubahan bukan terletak pada apa yang kita lakukan, melainkan pada bagaimana kita melakukannya. Karena itu Salomo mengatakan apa yang pernah ada aka nada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.(Pengkhotbah 1:9).
Kalau memang demikian sejalan dengan pemikiran Salomo, Jhon dan perubahan yang terjadi dewasa ini, maka yang dibutuhkan adalah pemimpin. Pemimpin yang bijaksana, pemimpin yang mau mendengar rakyat bicara dan sebaliknya rakyat mendenngar apa yang pemimpin bicara. Lalu berikutnya, mendorong rakyat untuk memahami tiga hal yaitu paham adat isitiadat, keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan pengabadian masyarakat melalui pemerintah, LSM-LSM, dan ormas-ormas lainnya.
3. Lanny Jaya di Masa Depan
Jhon Naisbit (2008) mengatakan masa depan tertanam di masa kini. Masa depan Lanny Jaya, perubahan yang akan kita buat, tertanam sekarang. Jika kita tida berfikir untuk melakukan perubahan siapa lagi yang akan melakukan perubahan di daerah ini. Perubahan itu bukan dilakukan besok, atau di masa depan tetapi perubahan dilakukan sekarang. Kita sudah mempunyai pengalaman sejak 5000 tahun yang lalu kita mengembangkan produk ubi jalar dengan berbagai macam jenis. Nama ubi itu diantaranya Gelakwe, malugurom, yoban, kuminambi, kentang, umambi, dan lain sebagainya. Pisang dulu mungkin ada pisang raja saja, sekarang ada pisang ambon, dan jenis pisang lainnya, dulu kita ternak babi saja, sekarang kita ternak sapi, kambing, domba, dan binatang lainnya.
Dulu dinubuatkan bahwa orang kulit putih akan datang, mereka akan membawa nabelan kabelan. Ketika misi datang kita terima mereka dengan semua perubahan yang dilakukan mereka. Mereka ganti garam asli dengan garam yodium, mereka ganti kapak batu dengan kapak besi, mereka ganti tombak berkebun dengan sekop, mereka ganti sabun tradisional (imun) dengan sabun modern, mereka ganti koteka dan Sali dengan baju dan celana, mereka ganti rumah honai beratap alang-alang (ongger) menjadi rumah panjang dengan atap seng (almunium), dan berbagai perubahan lainnya. Dalam pola pendidikan tradisional satu paket yang namanya (Wit) diganti dengan pola pendidikan modern.
Dulu mungkin kita berjalan kaki berhari-hari atau berminggu-minggu, sekarang kita bisa menggunakan mobil sehari dalam beberapa jam dari tempat A ke tempat B atau menggunakan pesawat misalnya dari Jayapura - Jakarta ± 3.500 km dengan durasi waktu 5 ½ jam. Jayapura-Wamena hanya ditempuh dalam jangka waktu 45 menit dengan pesawat trigana air servise.
Orang Lani sendiri sudah belajar sejak 5000 tahun yang lalu melakukan inovasi-inovasi secara tradisional atau perubahan-perubahan baru dibidang teknologi seperti membuat jembatan gantung, honai, pagar, koteka, sali, noken, gelang, dsb. Dibidang pertanian memngebangkan varitas ubi jalar dengan nama yang berbeda-beda, ternak babi, dsb. Salomo benar bahwa tidak ada sesuatu yang baru, yang berubah hanya modelnya saja. Sekarang wilayah Lanny Jaya dibuat Model seperti apa? Model itu bergantung sekali dari pemimpin yang mengerti sejarah, akar budaya, perubahan yang terjadi dulu, sekarang dan melakukan sesuatu hari ini untuk melangka di masa depan, karena tidak ada sesuatu yang baru yang mau dibuat.
Semoga pemilihan kepala daerah pada 24 juni 2011 berharap orang Lanny Jaya menjatuhkan pilihan yang tepat untuk memilih kepala daerah untuk memimpin selama 5 tahun.
Penulis adalah Wakil Direktur Lembaga Intelektual Tanah Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar